Monday, December 4, 2017

Survei DPP Golkar : “Ahyar Abduh Posisi Teratas Pilgub NTB 2018”

Elektabilitas Ahyar Abduh mulai mengganggu Ketua DPD I Partai Golkar NTB H Suhaili FT. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar telah melakukan survei dari tanggal 19-24 Oktober 2017 lalu. Dengan menggunakan jasa Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Hasilnya, Wali Kota Mataram dua priode H Ahyar Abduh berada dalam posisi teratas. Baik secara pribadi sebagai Calon Gubernur (Cagub), maupun saat berpasangan dengan Mori Hanafi.
Ada beberapa simulasi yang dilakukan. Baik secara perseorangan tokoh atau dengan pasangan. Misalnya, pada simulasi dengan posisi dukungan cagub tertutup dengan tujuh calon. Pada simulasi ini, nama Ahyar berada paling atas dengan dukungan 19,5%. Lalu di bawahnya ada nama Bupati Lombok Timur Ali BD dengan 16,6%, HM Suhaili FT 12,0%, Zulkiflimansyah 8,2%. Berikutnya di nomor lima ada nama Jamaludin Malik 5,0%, Faruk Muhammad 4,3%, dan di posisi buncit ada nama Zulkifli Muhadli dengan 3,9%. Sedangkan 30,5% memilih untuk merahasiakan jawaban. Begitu juga untuk simulasi dukungan Cagub dengan 5, 4, dan 3 tokoh. Urutan di atas tidak berubah banyak. Menanggapi hal itu, Ahyar tampak kalem. Ia juga mengaku sempat mendengar adanya survei yang dilakukan DPP partai yang membesarkan namanya itu. “Tapi hasilnya belum saya cermati lebih mendalam,” ujar Ahyar santai. Soal namanya yang terus muncul dalam berbagai simulasi tokoh, Ahyar mengaku hanya perlu mensyukuri saja. Pada dasarnya, ia tetap akan terus berupaya sekuat tenaga agar dirinya bisa dapat dukungan luas dari masyarakat hingga pesta demokrasi 2018 nanti digelar. “Saya masih harus terus berjuang,” jawabnya.
Nama Ahyar tidak hanya jago dalam perseorangan. Tapi, saat berpasangan dengan Mori Hanafi, dalam simulasi 5, 4, dan 3 pasangan, calon yang diusung Partai Gerindra dan PPP ini, tetap diprediksi memenangi pertarungan. Menariknya, untuk Ali BD ada dua simulasi pasangan yang dibuat. Pertama dengan Hj Putu Selly Andayani dan Gede Sakti. Walau posisi Ali dan pasangannya tidak berubah di nomor urut dua setelah pasangan Ahyar dan Mori, dampaknya justru pada pasangan Suhaili-Amin. Saat Ali berpasangan dengan Selly, pasangan Suhaili-Amin berada pada posisi ketiga. Tapi saat Ali menggandeng Gede Sakti, Suhaili-Amin justru terpental ke nomor empat. Digantikan pasangan Zulkifilimansyah-Siti Rohmi Djalilah. “Saya sekarang tidak terlalu proaktif (mengejar dukungan),” ujar Ahyar. Ia mengisyarakatkan, caranya mencari dukungan selama ini membuatnya nyaman. Sehingga dalam persoalan dukungan partai politik, ia tidak terlalu ngotot mengejar dukungan Partai Golkar. “Apalagi Pak Ketum (Setya Novanto) sedang menghadapi persoalan, jadi kita lihat saja,” cetusnya. Ia tak menampik banyak persepsi yang muncul selama ini. Seolah-olah ada kubu-kubu tidak hanya di daerah, bahkan di tingkat DPP. Sebagai kader Golkar yang sudah lama bergabung, Ahyar mengaku tahu persis apa yang terjadi di dalam. “Padahal tidak ada seperti itu (kubu-kubu),” kilahnya.

Upaya ia meraih dukungan Golkar juga masih dalam taraf wajar dan sesuai dengan prosedur yang ada. Realitanya, lanjut dia, masyarakat dan kader Golkar di NTB sudah tahu dirinya bakal bertarung dalam Pilgub NTB. “Saya juga secara formal sudah mengajukan untuk diberi kesempatan bisa maju dalam Pilkada NTB dengan menggunakan kendaraan Golkar,” terangnya. Tapi diam-diam, Ahyar mengisyarakatan dirinya punya keyakinan besar. Dukungan Golkar bisa saja mengarah pada dirinya. Ia sadar betul, Golkar tidak mudah mengambil keputusan. Semua akan didasari pertimbangan dan tingkat popularitas dan elektabilitas kader partai. “Saya yakin Golkar ingin menang,” tegasnya. Dengan kata lain, Ahyar sangat percaya diri dengan popularitas dan elektabilitas yang dibangun selama ini. Ia yakin pada akhirnya nanti partai berlambang Pohon Beringin ini, bisa saja berbalik arah mendukung dirinya. “Ditambah lagi dengan persoalan internal partai, ini juga kenceng saya dengar ingin Munaslub,” ujarnya.

Internal Golkar khususnya di tingkat kabupaten, juga ia dengar terus mencari solusi atas persoalan hukum yang menjerat ketua umumnya. Bagaimana agar persoalan yang ada bisa selesai dengan baik dan membuat partai besar ini, bisa menatap pemilu dengan penuh keyakinan. “Ndak tahu seperti apa kebijakan partai itu, terkait dengan pilkada apakah semua rekomendasi yang keluar akan direvisi lagi kalau ada pengurus baru? Saya tidak tahu itu. Digelitik dengan pertanyaan apakah Munaslub bagian dari episode yang ditunggunya, Ahyar tertawa. Ia lalu menegaskan jika dirinya siap menunggu apapun hasilnya nanti. “Saya tetap menunggu. Dari dulu,” imbuhnya.

No comments:

Post a Comment