Elektabilitas Ahyar Abduh mulai
mengganggu Ketua DPD I Partai Golkar NTB H Suhaili FT. Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) Golkar telah melakukan survei dari tanggal 19-24 Oktober 2017 lalu.
Dengan menggunakan jasa Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Hasilnya, Wali Kota
Mataram dua priode H Ahyar Abduh berada dalam posisi teratas. Baik secara
pribadi sebagai Calon Gubernur (Cagub), maupun saat berpasangan dengan Mori
Hanafi.
Ada beberapa simulasi yang
dilakukan. Baik secara perseorangan tokoh atau dengan pasangan. Misalnya, pada
simulasi dengan posisi dukungan cagub tertutup dengan tujuh calon. Pada
simulasi ini, nama Ahyar berada paling atas dengan dukungan 19,5%. Lalu di
bawahnya ada nama Bupati Lombok Timur Ali BD dengan 16,6%, HM Suhaili FT 12,0%,
Zulkiflimansyah 8,2%. Berikutnya di nomor lima ada nama Jamaludin Malik 5,0%,
Faruk Muhammad 4,3%, dan di posisi buncit ada nama Zulkifli Muhadli dengan 3,9%.
Sedangkan 30,5% memilih untuk merahasiakan jawaban. Begitu juga untuk simulasi
dukungan Cagub dengan 5, 4, dan 3 tokoh. Urutan di atas tidak berubah banyak. Menanggapi
hal itu, Ahyar tampak kalem. Ia juga mengaku sempat mendengar adanya survei
yang dilakukan DPP partai yang membesarkan namanya itu. “Tapi hasilnya belum
saya cermati lebih mendalam,” ujar Ahyar santai. Soal namanya yang terus muncul
dalam berbagai simulasi tokoh, Ahyar mengaku hanya perlu mensyukuri saja. Pada
dasarnya, ia tetap akan terus berupaya sekuat tenaga agar dirinya bisa dapat
dukungan luas dari masyarakat hingga pesta demokrasi 2018 nanti digelar. “Saya
masih harus terus berjuang,” jawabnya.
Nama Ahyar tidak hanya jago dalam
perseorangan. Tapi, saat berpasangan dengan Mori Hanafi, dalam simulasi 5, 4,
dan 3 pasangan, calon yang diusung Partai Gerindra dan PPP ini, tetap
diprediksi memenangi pertarungan. Menariknya, untuk Ali BD ada dua simulasi
pasangan yang dibuat. Pertama dengan Hj Putu Selly Andayani dan Gede Sakti.
Walau posisi Ali dan pasangannya tidak berubah di nomor urut dua setelah
pasangan Ahyar dan Mori, dampaknya justru pada pasangan Suhaili-Amin. Saat Ali
berpasangan dengan Selly, pasangan Suhaili-Amin berada pada posisi ketiga. Tapi
saat Ali menggandeng Gede Sakti, Suhaili-Amin justru terpental ke nomor empat.
Digantikan pasangan Zulkifilimansyah-Siti Rohmi Djalilah. “Saya sekarang tidak
terlalu proaktif (mengejar dukungan),” ujar Ahyar. Ia mengisyarakatkan, caranya
mencari dukungan selama ini membuatnya nyaman. Sehingga dalam persoalan
dukungan partai politik, ia tidak terlalu ngotot mengejar dukungan Partai
Golkar. “Apalagi Pak Ketum (Setya Novanto) sedang menghadapi persoalan, jadi
kita lihat saja,” cetusnya. Ia tak menampik banyak persepsi yang muncul selama
ini. Seolah-olah ada kubu-kubu tidak hanya di daerah, bahkan di tingkat DPP.
Sebagai kader Golkar yang sudah lama bergabung, Ahyar mengaku tahu persis apa
yang terjadi di dalam. “Padahal tidak ada seperti itu (kubu-kubu),” kilahnya.
Upaya ia meraih dukungan Golkar
juga masih dalam taraf wajar dan sesuai dengan prosedur yang ada. Realitanya,
lanjut dia, masyarakat dan kader Golkar di NTB sudah tahu dirinya bakal
bertarung dalam Pilgub NTB. “Saya juga secara formal sudah mengajukan untuk
diberi kesempatan bisa maju dalam Pilkada NTB dengan menggunakan kendaraan
Golkar,” terangnya. Tapi diam-diam, Ahyar mengisyarakatan dirinya punya
keyakinan besar. Dukungan Golkar bisa saja mengarah pada dirinya. Ia sadar
betul, Golkar tidak mudah mengambil keputusan. Semua akan didasari pertimbangan
dan tingkat popularitas dan elektabilitas kader partai. “Saya yakin Golkar
ingin menang,” tegasnya. Dengan kata lain, Ahyar sangat percaya diri dengan
popularitas dan elektabilitas yang dibangun selama ini. Ia yakin pada akhirnya
nanti partai berlambang Pohon Beringin ini, bisa saja berbalik arah mendukung
dirinya. “Ditambah lagi dengan persoalan internal partai, ini juga kenceng saya
dengar ingin Munaslub,” ujarnya.
Internal Golkar khususnya di
tingkat kabupaten, juga ia dengar terus mencari solusi atas persoalan hukum
yang menjerat ketua umumnya. Bagaimana agar persoalan yang ada bisa selesai
dengan baik dan membuat partai besar ini, bisa menatap pemilu dengan penuh
keyakinan. “Ndak tahu seperti apa kebijakan partai itu, terkait dengan pilkada
apakah semua rekomendasi yang keluar akan direvisi lagi kalau ada pengurus
baru? Saya tidak tahu itu. Digelitik dengan pertanyaan apakah Munaslub bagian
dari episode yang ditunggunya, Ahyar tertawa. Ia lalu menegaskan jika dirinya
siap menunggu apapun hasilnya nanti. “Saya tetap menunggu. Dari dulu,” imbuhnya.
No comments:
Post a Comment