Doranginfo - Wacana pasangan calon Lusia
Adinda Dua Nurak-Paul Mella semakin menguat baik dari PDI Perjuangan maupun
internal Partai Golkar untuk disandingkan sebagai pasangan gubernur dan wakil
gubernur pada pemilu gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Timur (NTT) 2018. Menanggapi
wacana ini, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar NTT, Feliks Pullu
mengatakan, hal itu sah- sah saja karena dinamika politik terus berubah setiap
saat. Soal nama yang berkembang saat ini di masyarakat, dia mengatakan, itu
bisa saja ada. “Soal wacana ini, saya sangka sah-sah saja. Saya juga tidak
cenderung mengatakan iya tapi bisa saja itu terjadi. Karena di Golkar saat ini
juga belum ada yang final. Partai Golkar sangat terbuka,” kata Feliks. Dia
mengemukakan, Partai Golkar tidak terikat dengan orang per orang tapi sebagai
sebuah sistem. Sehingga hal dimaksud diluar otoritasnya untuk memutuskan.
Rujukannya adalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun peraturan dan
juknis. “Soal wacana (Lusia-Paul Mella) boleh saja karena ini demokrasi. Kami
ini hanya dewan pertimbangan, tapi keputusan yang akurat itu ada pada
organisasi,” ungkap Feliks.
Feliks berargumen, semua nama
yang beredar bisa saja berpeluang, karena politik itu dinamis. Karena itu,
semua kemungkinan masih sangat bisa terjadi, sebab hal ini juga merupakan
bagian dari demokrasi. “Walaupun belum ada proses lamar atau mekanisme lainnya
tapi secara organisasi saya belum tahu. Tapi nama- nama yang beredar ini bisa
saja terjadi,” paparnya. Dia menambahkan, bahwa secara resmi belum ada
informasi terkait nama- nama yang sudah berkembang dan diwacanakan tersebut.
Sementara itu, kata Feliks, dalam internal Golkar saat ini Ketua DPD I Golkar
NTT, Melki Lakalena sudah ditugaskan oleh organisasi untuk maju dalam pilgub NTT.
Analis Politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana), Dr Acry Deo Datus MA
mengatakan, munculnya nama Lusia di ‘injury time’ menandakan bahwa politik itu
sebagai seni kemungkinan. Acry mengungkapkan, karakter pemilih di NTT sejak
tahun 1958 hingga kini, ketika memilih gubernur selalu memperhatikan sisi
keberagaman dalam masyarakat untuk tetap menjaga keharmonisan dan keseimbangan.
“Umpannya kalau gubernurnya dari wilayah Selatan maka wakilnya selalu dari
Utara, vice versa. Jika ibu Lusia dari Utara dipadukan dengan Paul Mella dari
Timor, saya yakin akan sesuai dengan aspirasi sebagian besar masyarakat NTT,”
kata Acry.
Demikian juga kandidat lainnya
akan membangun keharmonisan serupa, seperti Esthon Foenay yang berpasangan
dengan Christian Rotok atau Beni K. Harman padanannya pasti dari Timor atau
Sumba. Begitu pula, jika Kristo Blasin yang ditetapkan maka sudah dapat
dipastikan bakal memilih wakil dari wilayah Selatan (Sumba atau Timor). “Saya
kira inilah budaya politik Pancasila yg penuh tenggang rasa. Filisofi
masyarakat Kupang-Ambon “Beta Rasa- Ale Rasa” akan menuntun hati nurani
masyarakat NTT untuk mengerti perasaan sesama yang lain karena bawaan kita
memang berbeda” urainya. Pasangan Lusia – Paul Mella sangat cocok dan berpotensi
menang, karena Paul Mella sebagai representasi dari Timor yang pemilihnya
banyak. Selain Paul Mella punya pengaruh dan juga sangat matang dalam birokrasi
pemerintahan. Pasangan ini akan memperoleh dukungan yang besar. Sementara itu,
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD ) Partai Golkar NTT, Melki Lakelena mengatakan
masih menunggu putusan resmi dari DPP Partai Golkar. “Kita tunggu saja putusan
resmi DPP Partai Golkar,” paparnya.
No comments:
Post a Comment