Plt Ketua DPD I Golkar Papua,
Aziz Samual tak setuju dengan pertemuan yang dilakukan oleh Airlangga Hartarto
bersama sejumlah pengurus DPD I di rumah dinas Widya Chandra, Rabu (29/11). Menurut
Aziz, hal itu justru memperkeruh suasana Golkar yang tengah dilanda badai usai
Setya Novanto ditahan KPK karena korupsi e-KTP. Aziz mencium ada sebuah desain
agar Airlangga mengambil alih Partai Golkar. Menurut dia, hal itu malah bisa
memecah belah Golkar seperti era Aburizal Bakrie dan Agung Laksono terdahulu. "Ini
sebuah desain, kan ada mekanisme, tidak perlu mendorong-dorong, ikuti saja
mekanisme yang sudah ada, kan mendorong-dorong Airlangga-Airlangga itu akhirnya
jadi tidak bagus buat partai ini ke depan," kata Aziz, Kamis (30/11). "Kepada
semua DPD I saya imbau agar bersabar, jangan buat keruh suasana, kita bangun
bersama," tambah dia. Mekanisme yang dimaksud Aziz adalah hasil rapat
pleno Golkar pada 21 November lalu. Keputusannya, menunjuk Idrus Marham sebagai
plt ketua umum. Menunggu hasil praperadilan Novanto melawan KPK. Jika Novanto
menang, maka ketua DPR itu masih jabat ketua umum. Jika kalah, akan dibahas
lagi rencana munaslub.
Aziz pun menegaskan, tidak semua
DPD I hadir dalam pertemuan dengan Airlangga semalam. Dia pun mengimbau kepada
DPD I, boleh saja bermanuver, tapi harus taat azaz, jangan menyalahi mekanisme
hasil rapat pleno Golkar 21 November lalu. "Saya tidak hadir dan tidak
diundang semalam. Saya pikir juga belum semua yang hadir, NTT tidak, Papua
tidak, Maluku tidak hadir, jadi belum solid, hanya spekulasi (solid dukung
Airlangga)," kata Aziz. Soal setuju atau tidak dirinya munaslub, dia
mengatakan, semua setuju digelar munaslub. Tapi, lagi-lagi dia mengingatkan,
ada mekanisme partai yang harus dilalui sesuai dengan AD/ART. "Saya
mengimbau kepada teman-teman apalagi elite partai, supaya tenangkan diri,
jangan ada kebelah. Berikan kesempatan buat semua kader untuk bertarung kalau
memang ada munaslub, tapi partai ada mekanisme," terang Aziz.
No comments:
Post a Comment